Perpulangan September

Saiful Bahri
11 Min Read

Bismillahirrahmanirrahim…

Kamis 28 September 2023 ini sampai nanti Minggu, 1 Oktober 2023 adalah jadwal perpulangan pertama Tahun Pelajaran 2023/2024 Pesantren Jagat `Arsy setelah pertengahan Juli 2023 lalu santri check in asrama. Biasanya yang excited dengan perpulangan tidak hanya santri baru namun juga santri lama, termasuk orang tuanya.

Orang tua selain kangen dengan anak-anak tercinta, pasti juga penasaran dengan cerita-cerita, pengalaman-pengalaman, serta perubahan-perubahan selama di pesantren. Akan ada banyak cerita yang tertutur dari banyak sisi, yang mungkin tidak pernah orang tua sangka. Dan pasti akan ada part yang membuat orang tua bahagia, bangga, namun ada juga yang membuat orang tua bertanya-tanya bahkan ternganga tidak percaya.

Biasanya berbagai cerita dengan banyak tema yang diceritakan akan diiringi juga dengan perilaku serta sikap-sikap yang baru, yang lagi-lagi mungkin membuat orang tua senang, namun tak jarang ada juga yang membuat orang tua tegang. Entah itu berkaitan dengan diri sendiri, maupun cerita yang lainnya. Mungkin tentang teman, tentang guru, tentang kegiatan baik yang dirasa menyenangkan dan tidak menyenangkan.

Diperlukan sudut pandang yang objektif serta kacamata yang positif untuk menyikapi semua yang muncul dari anak-anak ketika menceritakan pengalaman mereka. Orang tua membutuhkan KOPI dan KETAN untuk menghadapi dinamika santri saat perpulangan. Dua bekal ini insya Alloh akan mampu menjadi filter dari tsunami informasi dan tsunami cerita anak-anak.

KOPI adalah perpaduan dari KhusnudzOn dan Positif thinkIng. Cerita apapun yang disampaikan oleh anak-anak, dinamika apapun yang muncul selama perpulangan selayaknya dipandang dengan kacamata khusnudzon atau berbaik sangka dengan senantiasa positif thinking atau mencari sisi positif dari semua cerita dan dinamika yang disampaikan.

Sedangkan KETAN adalah Konfirmasi kEpada yang bersangkuTAN, apapun cerita dan dinamika yang muncul jika itu membuat resah, atau membuat penasaran orang tua wajib mengkonfirmasi kepada pihak pesantren melalui GPS masing-masing, atau melalui nomor resepsionis atau langsung kepada Kepala Sekolah.

Harapannya dengan proses konfirmasi ini, tidak ada lagi kecurigaan maupun pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal sehingga mengganggu keharmonisan. Karena bagaimanapun apa yang tersimpan dalam benak orang tua akan berimbas dengan proses menuntut ilmu seorang anak. Mungkin ini tidak terlihat, tapi jujur terasa.

Sebagaimana yang diceritakan dalam salah satu manqobah Tuan Syekh Abdul Qodir Jailani. Diceritakan bahwa seorang wali murid Tuan Syekh mendapatkan hasutan dari orang yang tidak menyukai Tuan Syekh, sampai akhirnya wali murid tersebut menarik pulang putranya dan tidak lagi belajar kepada Tuan Syekh.

Setelah murid tersebut pulang ke rumah, maka wali murid mengkonfirmasi beberapa hal dan kepada anaknya dan ternyata salah. Akhirnya wali murid tersebut menyerahkan si murid untuk kembali belajar dan menjadi murid Tuan Syekh. Namun Tuan Syekh menolak, karena Alloh telah menutup futuh (pintu ilmu) untuk anak tersebut.

Dari cerita diatas terdapat pelajaran penting bahwa keikhlasan serta adab orang orang tua juga berpengaruh terhadap proses kelancaran serta keberkahan santri dalam menuntut ilmu. Namun kami menyadari bahwa proses setiap anak berbeda, termasuk setiap orang tua memiliki kebutuhan yang tidak sama. Oleh karenanya komunikasi dan keterbukaan serta keinginan untuk sama-sama belajar menjadi penting untuk dijalin antara pesantren dan orang tua.

Dalam hubungannya dengan perpulangan santri orang tua akan menemukan banyak temuan yang berbeda-beda. Dalam perjalanan 10 tahun membersamai santri, setidaknya terdapat enam tipe santri saat perpulangan

Tipe 1 – Tipe Putri Tidur dan Pangeran Kasur
Tipe ini biasanya merajalela saat hari pertama perpulangan. Biasanya anak-anak akan bilang capek dan ngantuk karena jadwal yang penuh, jadi mumpung di rumah maka gunakan waktu sebaik-baiknya untuk tidur dan menikmati kasur.

Jika menemukan tipe ini, ayah bunda disarankan untuk memberikan toleransi hanya satu hari saja, atau kalau memungkinak langsung di cut dengan diajak beraktivitas yang sifatnya fisik seperti melibatkan mereka dengan aktivitas orang tua sehari-hari di rumah. Seperti bebersih, menyiapkan makanan, mencuci piring maupun yang lainnya.

Tipe 2 – Tipe Aji mumpung
Beberapa orang tua karena lama tidak bertemu dengan anak-anak tercinta, memilih memberikan apa-apa yang diinginkan oleh anak-anak, seperti mau makan apa, pengen pergi kemana, mau apa lagi dan yang sejenisnya. Dan beberapa santri pun dengan lihai memanfaatkan kesempatan ini.
Untuk menaklukan tipe ini, ayah bunda kami sarankan melibatkan anak dalam mengambil keputusan sekaligus melatih kemandirian. Misalkan ketika diajak makan di mall kita sampaikan ke ananda kita, bahwa oke kita akan di mall budget untuk semua yang ikut sekian, jadi anak akan memperhitungkan mana yang mungkin dan mana yang tidak mungkin.

Tipe 3 – Tipe Sadar Posisi
Tipe sadar posisinya biasanya adalah santri dengan motivasi tinggi, mereka sadar bahwa berpesantren seharusnya membuat mereka lebih baik, sehingga ketika perpulangan mereka tetap melakukan kebiasaan baik sebagaimana yang mereka lakukan di pesantren.

Untuk membuat anak-anak berada pada tipe ini, orang tua memiliki peran penting. Salah satunya adalah dengan menyampaikan diawal, bahwa orang tua ingin berharap ketika di rumah santri berlaku seperti apa.

Misalnya dengan memberikan kesempatan menjadi imam di rumah, atau dengan berterus terang ingin mereka tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan baik di pesantren dengan mengajak anggota keluarga yang lainnya.

Tipe 4 – Tipe Bocor
Tipe ini adalah para santri yang hobi menceritakan apapun yang terjadi di pesantren. Tidak perlu di tanya dia akan cerita, tidak menunggu digali dia akan mengeluarkan semua informasi yang dia terima.

Menyikapi tipe ini ayah bunda mesti memiliki skill jeli dan teliti level dewa. Apakah yang diceritakan adalah sesuatu yang positif atau yang negatif. Apakah yang diceritakan berkenaan dengan diri sendiri atau orang lain. Dan apakah yang diceritakan cenderung menyalahkan keadaan atau sebaliknya.

Yang kami sarankan jika ternyata yang diceritakan adalah hal yang negatif maka anak perlu diarahkan untuk mencari sisi positif dari hal tersebut. Dan jika yang diceritakan kebanyakan tentang orang lain maka perlu dibawa ke konteks jika hal tersebut terjadi kepada dia dan bagaimana caranya menghadapi.

Dan yang pasti jangan lupakan kopi dan ketan, karena dua hal ini akan sangat dibutuhkan dalam situasi dan kondisi seperti ini.

Tipe 5 – Tipe Gadget Friendly
Satu fakta yang kadang bikin geleng-geleng orang tua adalah ketika perpulangan anak disibukkan dengan HP atau gadget mereka. Rasanya nggak ada waktu untuk ngobrol dengan orang tua tapi selalu siap sedia dengan gadget yang dipegangnya.

Untuk tipe yang seperti ini, saran kami ayah bunda cek kembali pola penggunaan gadget seperti apa, apakah sudah ada kesepakatan do & don’t-nya atau belum. Jika sudah maka perlu di reminder kembali kesepakatannya.

Namun jika belum ayah bunda sebaiknya mulai membuat kesepakatan penggunaan gadget selama di rumah. Misalkan wajib dikumpulkan jam 9 malam, atau ketika sedang makan tidak boleh menggunakan HP, 15 menit sebelum jam sholat HP disimpan dan sejenisnya.

Tipe 6 – Tipe Penuh Syarat Dan Ketentuan
Santri baru biasanya masih labil tentang keseriusan niat belajar di pesantren. Munculnya dinamika dengan teman, sandal hilang, piring hilang, peci hilang, capek, sholatnya banyak banget, ngaji terus dan sebagainya akan menjadi alasan dan keluhan, dan tidak jarang orang tua menjanjikan sesuatu.

Contohnya ketika hari Minggu, sudah waktunya jadwal pulang ke Jagat tipe ini akan mencari seribu satu alasan untuk bisa terlambat check in. Dan tidak jarang orang tua pun menjanjikan dengan ini itu yang penting cepat dan beres. Mohon berhati-hati dengan tipe ini karena setiap janji kita akan dia pegang sampai kapanpun. 😀

Satu yang pasti, ayah bunda haram menjanjikan pindah kepada ananda kita dengan tipe ini. Janji ini yang kemudian menjadi alasan dia semakin ogah-ogahan dan enggan berproses. “Ntar aku pindah kok, tinggal nunggu kenaikan kelas” dan banyak lagi alasan yang dikemukakan untuk tidak serius belajar.

Jika ananda bercerita tentang dinamika dan semua yang tidak enak, mari kuatkan mereka dengan penguatan yang membuat mereka tangguh menghadapi tantangan, bukan menjanjikan sesuatu yang justru akan membuat mereka lemah. Akan lebih baik jika orang tua sharing dengan GPS ataupun guru lain untuk menghadapi dinamika yang demikian.

Ke enam tipe diatas bisa muncul disaat yang bersamaan pada satu orang santri, namun terkadang juga muncul dalam moment yang berbeda-beda. Orang tua tidak perlu panik berlebihan karena ibarat balon anak-anak kita sedang proses pengisian udara, jadi daya lenturnya teruji dan yang pasti setiap perjuangan selalu dihadapkan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Kunci yang tidak kalah pentingnya adalah dengan mengapresiasi pencapaian anak santri kita tercinta. Terima kasih sudah berjuang menuntut ilmu di Jagat `Arsy, terima kasih telah berjuang mengikuti kegiatan amaliyah yang tidak sedikit yang bahkan tidak semua orang tua melakukannya, Terima kasih sudah selalu mendoakan orang tua lewat sholat birrul walidain, dan apresiasi sejenis lainnya.

Satu keyakinan yang harus dimiliki oleh orang tua adalah memudahkan itu melemahkan. Semakin kita permudah urusan anak-anak kita, itu akan membuat mereka semakin lemah. Namun sebaliknya dengan memberikan tantangan, dengan memberikan keterbatasan mereka akan semakin kuat dan terbiasa menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Alloh berkahi kita semuanya, segalanya, selamanya. Amiin.

Follow:
Teacher
Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content