Selasa, 19 Juli 2017 merupakan hari ke-2 sejak Jagat Ta’aruf Week resmi diselenggarakan pada hari senin sebelumnya. Tidak bisa disangkal, masa adaptasi seharusnya menjadi salah satu kendala bagi siapa saja yang masuk di lingkungan baru. Sejatinya. Namun, sepertinya pengecualian bagi santriwan dan santriwati baru Pesantren Jagat ‘Arsy baik tingkat SMP ataupun SMA. Semuanya berbaur laiknya telah saling mengenal satu sama lain bertahun-tahun lamanya. Salut!
Di hari ke-2 ini, ada nilai moral pada setiap hal yang didapatkan seseorang ketika mereka bermain secara berkelompok, yaitu kerja sama tim, dan pantang menyerah. Mereka belajar untuk dapat bekerja sama, saling percaya satu sama lain, dan menghormati apa pun yang menjadi keputusan kelompok dan siap untuk mengeksekusinya. Di lain sisi, permainan semacam “tepung kebahagiaan”, “karet cintah”, “karomah sarung”, dan “cawan suci” juga memberikan beberapa hal positif seperti mengajarkan sikap pantang menyerah, tidak mudah putus asa, selalu optimis, dan tidak mengandalkan satu sama lain. Misalnya, pada permainan “tepung kebahagiaan”. Sederhana saja, kita tidak boleh pantang menyerah walau kita tahu, tepung yang sudah kita tadah, kita tadahkan lagi ke teman sejawat kita, tanpa kita melihatnya, dan seterusnya sampai anggota yang terakhir, namun semua tidak ada yang menyerah, semua berusaha melakukan yang terbaik. Karena yang terpenting dari itu semua bukanlah “hasil” akhir, melainkan “proses” untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Jika prosesnya dijalani secara benar, tentu hasil yang didapat juga sesuai dengan apa yang sudah kita proseskan tersebut. Hal inilah yang disimulasikan pada kegiatan Jagat Taaruf Week pada hari kedua ini, semoga kelak para santriwan-santriwati Pesantren Peradaban Dunia Jagat ‘Arsy dapat memetik hikmah yang luar biasa ini.
Sungguh, banyak hal yang bisa dipetik. Tiga di antaranya adalah, senyum bahagia setiap hari, kekompakan kelompok dalam menjalankan suatu misi, dan adaptasi yang begitu cepat antarsantri. Mereka seolah mengenal lama satu sama lain. Sehingga tidak ada canggung, gugup, walau yang kecil harus menghormati yang lebih besar, dan yang besar harus menghargai yang lebih kecil. Tentu, hubungan yang tercipta ini tidak terjadi begitu saja. Ada pengalaman spiritual yang sama setiap hari yang mempersatukan mereka. Terlebih, kehidupan asrama di lingkungan Pesantren Peradaban Dunia Jagat ‘Arsy juga ikut andil yang sangat besar dalam mewujudkan kekompakan ini.