Satu pertanyaan iseng, “Apa itu pramuka?” Yaps, pertanyaan iseng ini muncul dari fakta bahwa ada–sebut saja oknum siswa–yang sudah SMA, mengaku ikut pramuka sejak SD, tapi ditanya pramuka itu apa, masih berbelit-belit jawabannya. “Oke, fine!” Kata “pramuka” sejatinya merupakan akronim dari Praja Muda Karana, yang artinya “jiwa muda yang suka berkarya”. Dalam praktiknya, pramuka adalah kegiatan yang didesain dalam bentuk aktivitas yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka, dan bisa juga di ruang tertutup, disesuaikan dengan kebutuhan. Pada gilirannya, pramuka memiliki tujuan mulia untuk pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur.
Pramuka -sudah tidak ayal lagi- dirancang sedemikian rupa menyenangkannya. Lalu? Apa yang menjadi diferensiasi kegiatan pramuka kali ini. Iya, atmosfer pramuka di Pesantren Peradaban Dunia Jagat ‘Arsy kali ini berbeda karena kehadiran bule dari Amerika Serikat. Biasa yang menjaga di setiap pos adalah “kakak” pramuka, kali ini posisi tersebut diisi oleh Leah Stoeckel, Nicole Wilholt, dan kawan-kawan. Mereka dengan menyenangkannya membuat “game” bagi penggalang dan penegak Jagat ‘Arsy. Secara bule yang jaga pos, jadi, bahasa pengantar pun pastinya Inggris. Di sinilah nilai “plus”-nya. Kehadiran native speaker ini telah membantu makin mempertajam dan memperlihai kemampuan berbahasa Inggris para siswa Pesantren Peradaban Dunia Jagat ‘Arsy. Semangat!
Pluralitas menjadi nadi bagi Indonesia, dari mulai kelahirannya hingga dewasa kini. Terbukti dari semboyan yang terpatri apik pada lambang negara kita “Bhineka Tunggal Ika” yang konkret dan menjelma menjadi falsafah bangsa. Semua elemen kita pasti setuju bahwa “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Itulah yang terdeskripsi dari kegiatan kepramukaan di Pesantren Peradaban Dunia Jagat ‘Arsy. Tidak ada Timur, tidak ada Barat. Tidak ada Muslim, tidak ada Kristiani. Semuanya melebur, berinteraksi sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Akan hal ini, kita akan diingatkan pada suatu nasihat dari salah satu tokoh besar Islam Indonesia, KH Ahmad Dahlan. Beliau pernah berkata, “Kita boleh punya prinsip, asal jangan fanatik karena fanatik itu ciri orang bodoh. Sebagai orang Islam kita harus tunjukkan kalau kita bisa bekerja sama dengan siapa pun, asal ‘lakum dinukum waliyadin’, agamamu agamamu, agamaku agamaku.”