Siapa yang tidak kenal Michael Jordan? Yaps, hampir–kalau tidak dikatakan semua–fans fanatik bola basket pasti tahu legenda pemain NBA yang tergabung di kelompok Chicago Bulls (1991-1993, 1996-1998) ini. Bersama timnya itu, dia mengoleksi enam kejuaraan dunia NBA. Dia juga dinobatkan sebagai pemain bola basket terbaik dunia tahun 1991, 1992, 1993, 1996, 1997, 1998. Dia juga pernah mempersembahkan dua medali emas olimpiade untuk USA, yaitu olimpiade 1984 di Los Angeles dan 1992 di Barcelona. Dia juga mengoleksi penghargaan sebagai pemain terbaik All Star Games pada 1988, 1996, dan 1998. Karier moncernya di dunia bola basket mengantarkan dia menjadi megabintang profesional yang dikenal dunia hingga kini. Kepiawaian Air Jordan–nama lapangan Michael Jordan–dalam memainkan si bola bundar di tangannya memang tidak perlu diragukan lagi. Pensiun dari dunia basket pada 2003, Air Jordan lalu terjun ke dunia bisnis properti, hingga kini, total kekayaannya mencapai 1,3 miliar USD atau setara dengan Rp17,29 triliun (versi Forbes, 2017). Kesuksesan kariernya, baik di lapangan maupun di dunia bisnis, banyak menginspirasi banyak orang untuk menjadi seperti dirinya.
Maka, tidak heran jika di sekolah-sekokah, ekskul basket selalu menjadi favorit, termasuk di SMP dan SMA di bawah naungan Pesantren Peradaban Dunia Jagat ‘Arsy. Ekskul basket yang dimotori oleh Ryan Nawawi dan kawan-kawan ini, telah mengantarkan mereka pada pengalaman-pengalaman yang luar biasa. Bahkan di tanggal 26 Februari lalu, mereka sempat bertandang ke salah satu sekolah dan adu nyali dengan tim basketnya. Hasilnya adalah kemenangan yang tertunda. Walau begitu, tidak menyurutkan sedikit pun niat mereka untuk tampil lebih baik lagi di ajang-ajang kompetisi basket berikutnya.
Kata siapa “kerja sama” itu mudah? Mewujudkan kata “kerja sama” dalam dunia nyata seperti melukis di atas air, namun begitu, kata ini tidak sesulit yang dibayangkan jika dilatih untuk dapat merealisasikannya. Yaps, “kerja sama” berhubungan erat dengan perilaku, dan untuk membelajarkannya perlu pembiasaan. Kuncinya ada dipembiasaan. Semakin sering membiasakan diri untuk kerja sama, maka semakin matang pula untuk bisa beradaptasi, mengesampingkan ego, tidak mudah “baper”, serta bisa mengambil sikap secara tepat dan proporsional.
Nah, salah satu sarana untuk membiasakan diri bekerja sama adalah melalui olahraga bola basket. Permainan beregu yang masing-masing regunya terdiri dari lima orang ini, adalah bagaimana antara satu dengan lainnya bisa saling berkomunikasi, saling percaya, dan bersama mencapai tujuan. Pahami bahwa kerja sama tim dalam basket tak semudah yang dibayangkan, karena dalam permainan ini, masing-masing pemain punya tanggung jawab dan tugas, seperti “forward” yang bertugas mencetak poin, ada pula “defense” yang berperan untuk menghalang-halangi pemain lawan memasukkan bola, dan yang paling utama adalah “playmaker”. Bisa dikategorikan bahwa peran ini merupakan kunci dari kemenangan tim. Mengapa? Karena seorang “playmaker” mesti memiliki insting kuat dan kekuatan fisik yang luar biasa. Hal ini berhubungan dengan tugas utamanya untuk mengatur, memobilisasi bola, dan strategi yang dimainkan oleh rekan satu timnya. Jadi, permainan basket secara umum dapat dijadikan sarana kerja sama tim, dengan terlebih dahulu memahami tugas dan fungsi pokok dari masing-masing peran yang melekat pada diri pemain. Semangat!