Orang tua rasa santri

admin admin
5 Min Read

Ini cerita lama sebenarnya, tapi rasanya masih sangat relevan untuk saat ini, terutama untuk menemani para ayah bunda yang baru merasakan saat-saat pertama rumah agak sepi, karena anak-anak sudah mulai masuk pesantren. Terlebih lagi untuk yang putra-putrinya baru tahun pertama masuk pesantren.

Ternyata yang perlu adaptasi tidak hanya anak-nya tapi juga orang tuanya. Kalau anak mungkin bisa dikondisikan oleh guru-gurunya di pesantren, tapi kalau orang tua siapa yang berani coba J

Pada suatu kesempatan, saya di chat oleh salah satu orang tua “miss ada waktu, saya mau ngobrol” kalau udah dapet chat begini, saya tuh langusng deg-de-an. Rasa deg-deg-annya lebih dari saat sidang tesis maupun skripsi, mules-mules gimana gitu J.

Tapi saya tetap tampil tenang, karena menjaga ketenangan para orang tua adalah bagian aktivitas saya. Caranya sederhana mendengarkan, mendengarkan dan mendengarkan.

Layaknya orang tua, obrolan kami pada kesempatan itu berkisar tentang kegiatan santri, tidak hanya yang senang-senang, tapi yang tidak senang pun tersampaikan. Dan karena cara beliau menyampaikan juga menyenangkan, akhirnya walaupun ada tetes air mata, kami tetap senyum, bahagia dan senang.

“Saya heran lho miss, sekarang, saya di rumah udah kayak santri, bedanya kalau saya salah saya ngga dihukum aja” satu obrolan ini yang masih saya ingat sampai saat ini.

Awalnya saya agak mengernyit “maksudnya gimana mam?” tanya saya agak sungkan saat itu, dan jawaban beliaulah yang membuat saya malu dan bersyukur  sekaligus dalam waktu yang sama.

Sebagaimana orang tua yang lainnya, beliau menitipkan putra tercintanya untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab, urusan tahsin tahfidz, akademik dan lainnya itu bukan target utama. Tapi masa iya ngga dapet sih point-point itu. Tentang hal ini saya mengiyakan, asalkan ananda mengikuti kegiatan sesuai dengan waktu yang ditentukan insya Alloh hal-hal tersebut akan didapatkan.

Yang membedakan satu santri dengan lainnya adalah effort atau usaha yang dikeluarkan. Semakin maksimal usaha yang dilakukan in sya Alloh akan semakin maksimal pula hasil yang didapatkan.

Tapi hal ini belum menjadi surprises buat saya. Yang menjadi surprise adalah bahwa semenjak ananda di Jagat, beliau menjadi lebih rajin ibadah dan amaliyah. Bahkan belajar dan melakukan amaliyah yang dilakukan oleh sang putra selama di Jagat.

Saya menjadi penassaran, bukan sebagai seorang guru, tetapi sebagai pribadi yang juga sering malas dan masih banyak amaliyah yang tidak maksimal dilaksanakan.

“Saya tuh malu sama anak saya dan juga santri-santri disini miss, rasanya ngga sopan aja, saat guru asrama jam tiga pagi sudah membangunkan anak-anak kami masa kami orang tuanya hanya melihat lewat photo yang di share di grup terus tarik selimut lagi. Hati tuh rasanya suka ngga tega, masa anak mandi tobat sebelum jam empat dan kami yang dirumah masih enak-enakan bobo dengan nyenyaknya. Belum lagi anak-anak yang sholat lima waktu berjamaah terus, kan ngga adil kalau saya nunda-nunda waktu sholat.  Apalagi kalau ingat, dia mesti nyapu, ngepel, ngosok kamar mandi, nyuci piring, mau makan antri, mau minum antri, mau laundry antri. Suka mak nyes di hati miss, kalau inget gitu tuh, langsung sedih pengen nangis saya”. Terang beliau dengan mengusap air mata.

“Tapi ikhlaskan mam?” tanya saya memastikan

“In sya Alloh miss, pasti saya ikhlas, saya tidak tahu masa depan mereka seperti apa, mungkin saya sudah punya rencana, tapikan kita punya Alloh yang rencanaNYa lebih indah dan seringkali berbeda dengan rencana kita. Saya justru bersyukur, dengan masukin anak ke Jagat, saya jadi ikutan lebih rajin. Walaupun awalnya karena anak, tapi akhirnya menjadi kebutuhan saya juga”

Obrolan kami berlanjut dengan lebih seru lagi, banyak sekali insight baru yang saya dapatkan saat mengobrol dengan orang tua. Bukan hanya terkait urusan Jagat tapi juga terkait  urusan yang lainnya. Satu yang saya setuju dari beliau adalah, kiat sebagai orang tua dan orang dewasa tak jarang mesti belajar dari apa-apa yang dilakukan oleh anak-anak kita. Dan pasti menjadi sebuah kebanggaan ketika anak-anak kita, santri-santri kita menjadi lebih baik dari kita.

Alloh mudahkan ikhtiar kita membersamai mereka, tumbuh dan berkembang menjadi generasi terbaik untuk agama, negara dan peradaban dunia, yang sholeh, sehat, sukses dan kaya raya. Amiiin.

 

Jagat `Arsy, 15 Juli 2019

-Coach Umam-

 

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content