Menjadi Sederhana

admin admin
4 Min Read

img_7868Menjadi berbeda, mencoba merenung dan setelah sekian lama akhirnya membenarkan sebuah pernyataan yang berujung pada pilihan-pilihan. Hingga detik ini, keyakinan tentang kehidupan hanyalah satu hal sederhana, bahwa hidup memerlukan kecerdasan memilih, tidak hanya dalam hal besar tetapi dalam hal-hal kecil dan remeh temeh sekaligus.

Semakin yakin bahwa hati dan otak seringkali menawarkan pilihan-pilihan menggiurkan yang paradoks dalam waktu yang sama. Pengalaman, pendidikan, tempaan dan segala macam serba-serbi kehidupan yang kemudian menjadi tolok ukur untuk menentukan sesuatu menjadi prioritas, ini penting dan itu tidak, ini kebutuhan dan itu keinginan, ini wajib dan itu sunnah, bahkan ini tidak berguna dan harus segera ditinggalkan.

Konon manusia sempurna adalah manusia yang seimbang dalam setiap sisi kehidupannya, jasmani vs rohani, lahir vs batin, privasi vs sosial, keluarga vs karier dan banyak sisi lainya yang mungkin berbeda antara sebagian orang. Walaupun keseimbangan ini adalah sebuah keniscayaan, namun tak banyak orang yang mampu proporsional dalam menempatkan segala sesuatu. Butuh waktu yang panjang untuk meraih semuanya, dan butuh kesabaran yang tidak terbatas untuk bisa mengerti manusia. Prinsip sederhana dengan mengembalikan segala sesuatu kepada diri sendiri adalah alternatif serta tips nyata yang bisa dipakai oleh siapapun.

Diantara Prinsip-prinsip sederhana namun bertuah untuk mengatur kaki sehingga senantiasa bisa diterima oleh hati adalah:

“Jika tidak ingin diperlakukan, maka jangan perlakukan”.

Kita harus santun kepada orang lain, karena kita butuh orang lain untuk santun dengan kita. Ketika telah memperlakukan seseorang dengan santun dan orang tersebut tidak berlaku sebaliknya, tidak perlu berhenti berbuat hal yang sama, karena dunia tidak hanya memiliki satu sisi, masih ada banyak sisi yang akan dihadapi dan jika memperlakukan seseorang dengan santun, maka akan diperlakukan dengan santun pula, tidak disisi ini, tapi disisi lainnya, jika tidak oleh orang ini, maka pastilah dengan orang yang lainnya. Prinsip ini berlaku untuk sangat banyak hal, berbuat baik, berkata-kata, berinteraksi, hingga paradigma kita dalam menilai sesuatu. Terkadang orang lain adalah pantulan diri, saatnya memperhatikan orang lain seperti memperhatikan diri sendiri.

Proporsional

Karena jalinan dendryt pada neuron yang berbeda maka paradigma masing-masing orang-orang pun berbeda, namun semuanya membutuhkan takaran yang proposrsional, sebagaimana telah lazim diketahui bahwa sesuatu yang berlebihan memang harus dihindari, karena akan berindikasi pada ketimpangan. Berlebihan dalam hidup, baik dalam bersikap, berlaku dan bertingkah memang tidak tepat karena bisa jadi akan menimbulkan ketidaknyamanan. Proporsional adalah wajar dan sesuai dengan kadar. Wajar dalam berfikir, wajar dalam bertindak dan wajar dalam menilai segala sesuatu.

Syukur

Berterimakasih dengan apapun yang telah diterima, baik kepada sesama maupun kepada sang pencipta. Perasaaan cukup dan bahagia menerima semua karunia adalah bentuk nyata dari syukur. Manusia akan selalu merasa kurang, akan tetapi membuat yang ada menjadi cukup mestilah dilakukan, sehingga hati akan terikut menjadi tenang.

Untuk hati yang menggalau dalam dilema, semua yang dipilih akan memiliki konsekuensi. Jika resiko itu akan terasa berat maka bertahan dan bersabarlah, jika tidak bersedia, ambillah resiko itu karena tiada lagi pilihan “sabar & nikmati” atau “pergi & menyembut resiko”. Think smart for better tomorrow….

Penulis: Maftuhah Umami

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content